A. PENDAHULUAN
Perencanaan adalah sesuatu yang penting sebelum melakukan
sesuatu yang lain. Perencanaan dianggap penting karena akan menjadi penentu dan
ketercapaian tujuan. Penjelasan ini makin menguatkan alasan akan posisi
stragetis perencanaan dalam sebuah lembaga dalam perencanaan merupakan proses
yang dikerjakan oleh seseorang manajer dalam usahanya untuk mengarahkan segala
kegiatan untuk meraih tujuan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami
perencanaan menentukan berhasil tidaknya suatu program, program yang tidak
melalui perencanaan yang baik cenderung gagal. Dalam arti kegiatan sekecil dan
sebesar apapun jika tanpa ada perencanaan kemungkinan besar berpeluang untuk
gagal.
Hal tersebut juga berlaku dalam sebuah lembaga, seperti
lembaga pendidikan, lebih khusus lembaga pendidikan Islam. Lembaga pendidikan
yang tidak mempunyai perencanaan yang baik akan mengalami kegagalan. Hal ini
tentunya makin memperjelas posisi perencanaan dalam sebuah lembaga. Untuk
memperlancar jalannya sebuah lembaga diperlukan perencanaan, dengan perencanaan
akan mengarahkan lembaga tersebut menuju tujuan yang tepat dan benar menurut
tujuan lembaga itu sendiri. Artinya perencanaan memberi arah bagi ketercapaian
tujuan sebuah system, karena pada dasarnya system akan berjalan dengan baik
jika ada perencanaan yang matang. Perencanaan dianggap matang dan baik jika
memenuhi persyaratan dan unsur-unsur dalam perencanaan itu sendiri.
Perencanaan mempunyai makna yang komplek, perencanaan
didefinisikan dalam berbagai bentuk tergantung dari sudut pandang, latar
belakang yang mempengaruhinya dalam mendefinisikan pengertian perencanaan. Di
antara definisi tersebut adalah sebagai berikut: Menurut prajudi Atmusudirjo
perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan
dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu, oleh siapa, dan bagaimana. Bintoro
Tjokroamidjojo menyatakan bahwa perencanaan dalam arti luas adalah proses
memprsiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Muhammad Fakri perencanaan dapat
diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan
pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Lebih
lanjut Muhammad Fakri menyatakan bahwa perencanaan dapat juga dikatakan sebagai
suatu proses pembuatan serangkaian kebijakan untuk mengendalikan masa depan
sesuai yang ditentukan
Uraian tersebut, memperjelas bahwa perencanaan berkaitan
dengan pemilihan dan penentuan kebijakan tertentu. Harjanto memberi komentar
terhadap pendapat Kaufman bahwa perencanaan merupakan proses untuk menentukan
kemana harus melangkah dan mengidentifikasi berbagai persyaratan yang
dibutuhkan dengan cara efektif dan efesien. Harjanto menyatakan bahwa
perencanaan mengandung enam pokok pikiran yaitu, pertama perencaaan melibatkan
proses penentapan keadaan masa depan yang diinginkan. Kedua, keadaan masa depan
yang diinginkan dibandingkan dengan kenyataan sekarang, sehingga dapat dilihat
kesenjangannya. Ketiga, untuk menutup kesenjangan perlu dilakukan usaha-usaha.
Keempat, uasaha untuk menutup kesenjangan tersebut dapat dilakukan derngan
berbagai usaha dan alternative. Kelima, perlu pemilihan alternative yang baik,
dalam hal ini mencakup efektifitas dan efesiensi. Keenam, alternative yang
sudah dipilih hendaknya diperinci sehingga dapat menajdi petunjuk dan pedoman
dalam pengambilan kebijak
Menurut Coom dalam definisi perencanaan pendidikan dibahas
paling tidak tempat hal sebagai berikut: pertama tujuan, apakah yang akan
dicapai dengan perencanaan itu? Kedua, status posisi system pendidikan yang
ada, bagaimanakah keadaan yang ada sekarang? Ketiga, kemungkinan pilihan
alternative kebijakan dan prioritas untuk mencapai tujuan. Keempat, strategi.
Dalam
menjalankan pendidikan Islam, baik secara individu, kelompok, organisasi atau
lembaga, hingga negara, sebuah perencanaan telah menjadi kemestian dalam
menjalankan roda kahidupan. Apalagi jika hendak mencapai target-target
strategis serta ingin melakukan perubahan-perubahan mendasar, maka perencanaan
menjadi sebuah tolok ukur yang dapat menentukan arah perjalanan, fokus, serta
penentuan capaian harapan.
Bahkan dapat pula dikatakan bahwa untuk dapat menilai dan menentukan
profil organisasi atau lembaga, perencanaan merupakan konfigurasi yang
mengantarkan setiap institusi lebih profesional dan lebih dikenal oleh semua
pihak, mudah dimengerti vissi missinya, dan jelas arah perjuangannya. Sehingga semua
yang berperan di dalamnya senantiasa diwarnai oleh semangat tanggung jawab
bersama guna mewujudkan rencana-rencana yang ditetapkan.
Dapat ditarik ke dunia pendidikan Islam, bahwa perencanaan merupakan
konsistensi yang mutlak dikerjakan secara profesional. Jika tidak, institusi
pendidikan Islam hanya akan menjadi semu dan tidak mungkin meraih apa yang
menjadi tuntutan eksistensinya. Melalui perencanaan ketenagaan yang
strategislah mejadi satu upaya utama mewujudkan eksistensi pendidikan Islam.
Karena mendasarnya dibutuhkan sebuah perencanaan
ketenagaan di dunia perndidikan Islam, maka makalah ini mencoba menyorot
pengertian, fungsi dan aspek utama dari perencanaan ketenagaan dalam perspektif
manajemen pendidikan Islam.
Dari gambaran tersebut di atas, maka penulis menggunakan
pendekatan intrepretasi (penafsiran) atas beberapa tokoh berdasarkan surat
(Qs.Al-Hasyr:18) kemudian mengaitkan dengan manajemen pendidikan islam.
B.
Ayat Al-Hasyr ayat 18 Tentang Konsep
Perencanaan
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”
C. Azbab
an-nuzul
Surat Al Hasyr terdiri atas 24 ayat,
termasuk golongan surat-surat Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Al
Bayyinah.Dinamai surat Al Hasyr (pengusiran) diambil dari perkataan Al-Hasyr
yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Di dalam surat ini disebutkan kisah
pengusiran suatu suku Yahudi yang bernama Bani Nadhir yang berdiam di sekitar
kota Madinah. Pokok-pokok isinya Keimanan:Apa yang berada di langit dan
di bumi semuanya bertasbih memuji Allah; Allah pasti mengalahkan musuh-Nya dan
musuh-musuh Rasul-Nya; Allah mempunyai Al Asmaa-ul Husna; keagungan Al Quran
dan ketinggian martabatnya.Hukum-hukum:Cara pembagian harta fai-i;
perintah bertakwa dan menyiapkan diri untuk kehidupan ukhrawi. Dan
lain-lain:Beberapa sifat orang-orang munafik dan orang-orang ahli kitab
yang tercela; peringatan-peringatan untuk kaum muslimin.
D. Kajian Tafsir
Dalam mengupas kedua ayat ini, kami berpedoman kepada dua
kitab tafsir terkemuka, yakni kitab Tafsiir at-Thabary dan Tafsiir
Ibnu Katsiir. Ayat pertama, menyebutkan perintah bertaqwa kepada Allah (ittaquLlaaha).
Disebutkan dalam Tafsir ibnu Katsiir bahwa taqwa sendiri diaplikasikan
dalam dua hal, menepati aturan Allah dan menjauhkan diri dari laranganNya.
Jadi, tidak bisa kita mengatakan “saya sudah shalat”, setelah itu
berbuat maksiat kembali. Karena makna taqwa sendiri saling bersinergi, tidak
dapat dipisahkan.
Apakah kita harus bertaqwa kepada Allah? Tentu. Karena kita
adalah orang-orang yang beriman. Perintah bertaqwa dalam hal ini ditujukan bagi
orang-orang yang beriman (Yaa ayyuha l-ladziina aamanu). Sedangkan
orang yang belum beriman haruslah beriman terlebih dahulu untuk kemudian
bertaqwa. Penggalan ayat selanjutnya mempunyai makna yang mendalam. Waltanzhur
nafsun maa qaddamat lighadin. Dan hendaklah seseorang melihat apa yang telah
ia perbuat (di masa lalu) untuk hari esok. Dalam Tafsir at-Thabary
dijabarkan : dan hendaklah seseorang melihat apa yang telah diperbuatnya
untuk hari Kiamat. Apakah kebajikan yang akan menyelamatkannya, atau kejahatan
yang akan menjerumuskannya?
Kata-kata ‘ghad’ sendiri dalam bahasa Arab berarti
besok. Beberapa ahli ta’wil menyatakan dalam beberapa riwayat : Allah
senantiasa mendekatkan hari kiamat hingga menjadikannya seakan terjadi besok,
dan ‘besok’ adalah hari kiamat. Ada juga yang mengartikan ‘ghad’ sesuai
dengan makna aslinya, yakni besok. Hal ini bisa diartikan juga bahwa kita
diperintahkan untuk selalu melakukan introspeksi dan perbaikan guna mencapai
masa depan yang lebih baik. Melihat masa lalu, yakni untuk dijadikan pelajaran
bagi masa depan. Atau juga menjadikan pelajaran masa lalu sebuah investasi
besar untuk masa depan.
Dalam kitab Tafsir ibnu Katsiir, ayat ini disamakan
dengan perkataan haasibuu anfusakum qabla an tuhaasabuu. Hisablah
(introspeksi) diri kalian sebelum nanti kalian dihisab (di hari akhir). (WattaquLlaah)
Dan bertaqwalah kepada Allah. Dalam ayat ini, perintah bertaqwa disebutkan dua
kali sebagai sebuah bentuk penekanan. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya
ketaqwaan kita kepada Allah. Bahkan, perintah bertaqwa juga disebutkan pada
setiap khutbah Jum’at. InnaLaaha khabiirun bima ta’maluun. Sungguh
Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. Baik dan buruknya pekerjaan
kita tidak lepas dari pengawasan Sang Khaliq. Secara tidak langsung, kedua ayat
ini telah mengajarkan kepada kita suatu hal yang sangat mendasar dari Time
Management dalam cakupan waktu yang lebih luas. Jika biasanya hanya
mencakup kemarin, besok, dan sekarang, dalam ayat ini dibahas waktu di dunia
dan di akhirat. Karena memang, keterbatasan waktu kita di dunia harus bisa kita
manfaatkan semaksimal mungkin untuk mendapatkan tempat yang terbaik di sisiNya.
Berikut beberapa kajian taafsir Surat Al-Hasyr ayat 18
menurut pala ulama:
1. Al-Ghozali menafsirkan ayat tersebut
sebagai berikut : bahwa manusia diperintahkan untuk memperbaiki dirinya, untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, dimana proses kehidupan
manusia tidak boleh sama dengan kehidupan yang sebelumnya (kemaren), disamping
itu kata perhatikanlan menurut Iman Al-Ghazali mengandung makna bahwa
manusia harus memperhatikan dari setiap perbuatan yang dia kerjakan, serta
harus mempersiapkan diri (merencanakan) untuk selalu berbuat yang terbaik demi
hari esok
2. Soejitno Irmin dalam buku Kepmimpinan
Melalui Asmaul Husna manafsirkan atas ayat tersebut bahwa: Allah sebagai
pencipta, Allah sebagai Perencana semua makhluk ciptaannya, Allah adalah Maha
Merencanakan, Al-Bari, sifat tersebut menjadi inspirasi bagi umat islam
terutama para manajer. Karena pada dasarnya manajer yang harus mempunyai banyak
konsep tetang manajemen termasuk di dalamnnya perencanaan pemimpin yanb adalah
yang mempunyai visi dan misi, dan membangun kedua hal tersebut agar berjalan
sesuai dengan tujuan bersama. Visi dan misi merupakan hasil dari perencanaan
yang baik dan matang
3. ImamAl-Jauhary; menafsirkan ayat
tersebut sebagai salah satu bentuk dari manusia untuk selalu intropeksi diri
atas segala sesuatu yang dia perbuat, perbuatan manusia harus difikirkan
(direncanakan) agar tidak rugi dalam hidupnya sehingga beliau menafsirkan Surat
Al-Hasyr Ayat 18 tersebut dengan surat At-Tinn yaitu sebagai berikut :
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang
serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya, maka apakah yang
menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya
keterangan-keterangan) itu?”( Surat At-Tiin, ayat : 4-7 ).
Manusia
harus kembali ke Tuhan-Nya dengan selamat dan sejahtera proses selamat tersebut
hatus dimulai dari dunia ini yang diujudkan dengan tingakah laku yang baik,
sesuai dengan apa yang tercantum dalam surat Al-Hasyr ayat 18 tersebut yaitu
Kata:” hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat) dalam surat tersebut,”dan kata itu
menekankan adanya perencanaan yang baik dalam diri manusia atas segala tindakan
selama didunia sehingga ia akan mendapatkan keselamatan diakhirat nanti.
Choiruddin
Hadhiri. SP, dalam bukunya “Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an”, menyatakan
: “ Dalam setiap langkah gerak , manusia harus instrospeksi memperhatikan
apa-apa yang telah diperbuatnya untuk kebaikan masa depan, dengan kata lain
berarti manusia harus memiliki rencana, sehingga manusia hidupnya terarah dan
tidak terjerumus ke lubang yang sama”.
4. Quraish Shihab dalamnya tafsir
“al-Misbah”, dari ayat tersebut mengenai perencanaan beliau mengatakan bahwa
kata wantandur’ nafsuma koddamat liqe’dim mempunyai arti bahwa manusia
harus menfirirkan terhadap dirinya dan merencanakan dari segala apa yang
menyertai perbuatan selama hidupnya, sehingga ia akan memperoleh kenikmatan
dalam kehidupan ini. Jika proses perencanaan telah dilakukan oleh Allah semenjak
penciptaan manusia.
Sebagaimana
yang tersurat dalam Q.S Al-Baqaraah Ayat 30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” ( Surat
Al-Baqarah, Ayat : 30 )
Dari
persepektif penafsirat ayat dengan ayat tersebut megandung makna bahwa manusia
juga diwajibkan untuk merencanakan apa yang dia perbuat.
5. Syekh Abdul Halim Hasan Binjai dalam
kitabnya Tafsir Al-Ahkam menjelaskan bahwa manusia yang baik adalah dia yang
selalu menfikirkan dari apa yang dia kerjakan untuk hari ini dan yang akan
datang (besok), karena manusia telah diberikan akal maka dengan akalya itu
kemudian ia memfikirkan atas segala yang dia perbuat.
6. Imam Mawardi; mendefinisikan atas
surat tersebut sebagai wujud keberadaan manusia didunia, sebagai manusia yang
selalu berinteraksi dengan manusia lainya maka ia selalu berfikir untuk selalu
berbuat baik atas dari apa yang dia kerjakan,
7. Imam Bukhari menafsirkan berdasarkan
ayat 18 surat Al-Hasyr: seorang muslimyang baik adalah mereka yang selalu
berfikir untuk hari esok yang lebih baik, ia tidak lagi melihat masa lampau,
dengan demikian ia berusaha mengerjakan amal yang baik demi masa depan
(akhirat)
8. Menurut Sayyid Quthb dalam tafsir
Fii Zhilaalil Quran bahwa sesungguhnya apa yang dijelaskan berdasarkan Surat
Al-Hasyr Ayat 18 mengandung sebuah pemahaman yang meliputi:
Setiap
seorang muslim sejati ia akan selalu mengerjakan amal perbuatan-perbuatan yang
mendatangkan kemaslahatan dan meninggalkan sesuatu yang membuat dia merugikan
dirinya sendiri. Sebagai seorang islam yang berpegang pada Al-Qur’an ia selalu
berlandaskan kepadanya dalam melangkah, artinya ia selalu berfikir untuk
berbuat baik bagi orang banyak.
9. Ibnu Jarir al-Thabari (w. 310 H),
beliau mengatakan atau menafsirkan berdasarkan ayat tersebut diatas bahwa:
merencanakan sesuatu demi kemaslahatan orang banyak harus dimuali dari dirinya
sendiri, kata hari esok (akhirat ) difahami bahwa apa yang direncanakan
harus membawa kepada kebahagiaan untuk masa depan (akhirat)
10. Muhammad Rasyid Ridha (1865-1935 M)
dalam tafsir al-Manar mengatakan bahwa manusia harus mempunyai tujuan
dalam hidupnya sehingga arah dan tujuan manusia menjadi jelas. Kata rencana
menurut Rasyid Ridha dipahami sebagai persiapan manusia untuk mempersiapkan
diri menuju kehadiratNya. Manusia yang mempunyai tujuan melalui perencanaan
yang baik akan memperjelas pandangan dari perjalanan hidupnya, demikian beliau
mengatatakannya.
E.
Hadits-hadits
Nabi Muhammad yang Bekaitan Dengan Perencanaan Pendidikan
Antara lain adalah sebagai berikut:
عن ابن عمر رضى الله عنهما قال : اخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بمنكبى فقال كن فى الدنيا كأنك غريبب او عا برسبيل، وكان ابن عمر رضى الله عنهما يقول اذاامسيت فلا تنظر المساء وخذ من صحتك لمرضك ومن حياتك لموتك (رواه البخارى)
Artinya: Dari
Ibnu umar R.A. telah berkata bahwa rosulullah SAW telah memgang pundakku lalu
beliau berkata: “jadilah engkau didunia seolah-olah perantau (orang asing) atau
orang yang sedang menempuh perjalanan”, Ibnuumar berkata: “jika engkau ada
diwaktu sore maka jangan menunggu sampai waktu pagi dan sebaliknya, jika engkau
di waktu pagi maka jangan engkau menunggu sampai waktu sore dan gunakanlah
sehatmu untuk sakitmu, dan gunakanlah hidupmu untuk matimu.” (H.R. Bukhori).
قال اميرالمؤمنينن رضى الله عنه سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : انما الاعمال بالنيات وانما لكل امرء مانوى فمن كانت هجرته الى الله ورسوله فهجرته الى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها او امرءة ينكحها فهجرته الى ما هاجر اليه (رواه البخارى ومسلم)
Artinya: Amirul
Mu’minin (Umar bin Khottob) RA berkata: “aku mendengar rosulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya amal perbuatan itu disertai dengan niat, dan setiap orang
mendapat balasam amal sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang berpijak karena
Allah dan Rosulnya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang
diharapkan atau karena wanita yang ia nikahi, maka nikahnya menuju yang ia
inginkan.” HR. Bukhori dan Muslim
F.
Analisa Konsep
Perencanaan Pendidikan berdasarkan
Hadits Nabi Muhammad SAW
Pada dasarnya, perencanaan
pendidikan yang ditawarkan oleh nabi muhammad melalui hadits-haditsnya, adalah
perencanaan secara global. Dalam hal ini yang dimaksud Rosulullah adalah
persiapan, dalam arti ketika kita hendak melaksanakan aktifitas dalam kehidupan
termasuk aktifitas pendidikan sebaiknya harus dimulai dengan perencanaan atau
persiapan.( Ahmad falah: 2010)
Perencanaan merupakan hal yang sangat penting dan essensial,
misalnya hadits tentang “niat seorang mu’min”, hal itu sangat berkaitan
dengan perencanaan. Niat dapat diumpamakan sebagai perencanaan meskipun niat
belum terbentuk atau tergambar dalam sebuah tulisan, namun sudah terlintas dan
tergambar dalam hati atau fikiran seseorang. Suatu perencanaan yang matang akan
menghasilkan hasil yang baik dan maksimal, bagitu juga sebaliknya perencanaan
yang kurang matang atau tidak baik maka akan membuahkan hasil yang tidak
maksimal juga. Begitu pula dengan niat, ketika niat seorang mu’min tidak baik
maka hasil yang dikeluarkan dari perbuatannya tentu tidak baik. Maka dari irtu
perencanaan atau persiapan atau dapat dikatakan sebagai nai adalah
sanagat mutlak adanya. Tanpa adanya niat atau perencanaan atau persiapan,
maka aktifitas seseorang tidak akan berhasil dan sia-sia belaka. Begitu juga di dalam
perencanaan pendidikan harus direncanakan dengan baik dan matang agar hasil
yang dikeluarkan dapat memenuhi tujuan pendidikan.
Ketika perencanaan diartikan sebagai persiapan untuk
melasanakan aktifitas sesuatu dengan jangka waktu tertentu, dalam hadits yang
disabdakan oleh nabi muhammad SAW juga ada contohnya, yaitu:
إغتنم
خمسا قبل خمس، حياتك قبل موتك، وصحتك قبل سقامك، وفراغك قبل شغلك، وشبابك قبل
هرامك، وغناك قبل فقرك. (رواه البيهقى عن ابن عباس)
“Gunakanlah 5 perkara sebelum datang 5 perkara
lainnya, gunakanlah masa mudamu sebelum masa tuamu., masa sehatmu sebelum masa
sakitmu, masa kayamu sebelum miskinmu, masa lapangmu sebelum datang masa
sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang matimu.” ( HR. Muslim, Tirmidzi
dari Amru bin Maimun).
Hal itu menunjukkan bahwa pesiapan dan perencanaan
untuk masa yang akan datang sangatlah kita butuhkan. Untuk itu persaipan atau
perencanaan ternasuk pendidikan baik itu perencanaan jangka pendek, sedang,
atau panjang, harus benar-benar dilaksanakan agar dalam semua kegiatn atau aktifitas
dapat terukur, teramati dan terevaluasi secara baik dan bertenggung jawab.
Kunci utama kegiatan perencanaan adalah proses kegiatan perencanaan itu
sendiri. Pprosese perencanaan adalah suatu cara pandang yang lgis mengenai apa
yang dilakukan dan bagaimana cara maengetahui apa yang dilakukan, dapat
membantu dalam pengambilan keputusan, dan bersifat rasional.
G.
Konsep perencanaan
1.
Konsep perencanaan dalam Al-Quran
Planning atau perencanaan adalah keseluruhan
proses dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa
akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (AW. Widjaya, 1987 : 33.). Ketika dikaitkan dengan sistem pendidikan dalam suatu
organisasi kependidikan, maka perencanaan pendidikan menurut ST Vembriarto
(1988 : 39) dapat didefiniskan sebagai penggunaan analisa yang bersifat
rasional dan sistematis terhadap proses pengembangan pendidikan yang bertujuan
untuk menjadikan pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien dalam menanggapi
kebutuhan dan tujuan murid-murid serta masyarakat.
Dalam perencanaan terlebih yang harus diperhatikan adalah
apa yang harus dilakukan dan siapa yang akan melakukannya. Jadi perencanaan
disini berarti memilih sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang
harus dilakukan, kapan, bagimana, dan oleh siapa.
Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan
kondisi diwaktu yang akan dating dalam mana perencanaan dan kegiatan yang akan
diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana di buat.
Perencanaan merupakan aspek penting dari pada manajemen. Keperluan merencanakan
ini terletak pada kenyataan bahwa manusia dapat mengubah masa depan menurut
kehendaknya. Manusia tidak boleh menyerah pada keadaan dan masa depan yang
menentu tetapi menciptakan masa depan itu. Masa depan adalah akibat dari
keadaan masa lampau, keadaan sekarang dan disertai dengan usaha-usaha yang akan
kita laksanakan. Dengan demikian landasan dasar perencanaan adalah kemampuan
manusia untuk secara sadar memilih alternative masa depan yang dikehendakinya
dan kemudian mengarahkan daya upayanya untuk mewujudkan masa depan yang
dipilihnya dalam hal ini manajemen yang akan diterapkan seperti apa. Sehingga
dengan dasar itulah maka suatu rencana itu akan terealisasikan dengan baik (M. Bukhari, DKK: 2005, Hal. 35-36)
Adapun kegunaan perencanaan adalah sebagai berikut:
a)
Karena perencanaan meliputi usaha untuk memetapkan tujuan
atau memformulasikan tujuan yang dipilih untuk dicapai, maka perencanaan
haruslah bisa membedakan point pertama yang akan dilaksanakan terlebih dahulu
b)
Dengan adanya perencanaan maka memungkinkan kita mengetahui
tujuan-tujuan yang kan kita capai
c)
Dapat memudahkan kegiatan untuk mengidentifikasikan
hambatan-hambatan yang akan mungkin timbul dalam usaha mencapai tujuan.
Dalam upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi suatu
organisasi pendidikan, perhitungan-perhitungan secara teliti sudah harus
dilakukan pada vase perencanaan pendidikan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut,
maka berlaku prinsip-prinsip perencanaan, yaitu :
- Perencanaan harus bersifat komprehensif
- Perencanaan pendidikan harus bersifat integral
- Perencanaan pendidikan harus memperhatikan aspek-aspek kualitatif
- Perencanaan pendidikan harus merupakan rencana jangka panjang dan kontinyu
- Perencanaan pendidikan harus didasarkan pada efisiensi
- Perencanaan pendidikan harus memperhitungkan semua sumber-sumber yang ada atau yang dapat diadakan
- Perencanaan pendidikan harus dibantu oleh organisasi administrasi yang efisien dan data yang dapat diandalkan
Bertolak dari hal tersebut, bahwa
tujuan atau orientasi ke arah sasaran merupakan landasan untuk membedakan
antara planning dengan spekulasi yang sekedar dibuat secara serampangan.
Piet
A. Sahertian (1994 :299) menyebutkan sebagai suatu ciri utama dari
langkah tindakan eksekutif pada semua tingkat organisasi, planning
merupakan suatu proses intelektual yang menyangut berbagai tingkat jalan
pemikiran yang kreatif dan pemanfaatan secara imajinatifatas dari
variabel-variael yang ada. Planning memungkinkan pada administrator
untuk meramalkan secara jitu kemungkin anakibat yang timbul dari berbagai
kekuatan, sehingga ia bisa mempengaruhi dan sedikit banyak mengontrol arah
terjadinya perubahan yang dikehendaki.
Dalam proses perencanaan terhadap program pendidikan yang akan
dilaksanakan, khususnya dalam lembaga pendidikan Islam, maka prinsip
perencanaan harus mencerminkan terhadap nilai-nilai islami yang bersumberkan
pada al-Qur'an dan al-Hadits. Dalam hal perencanaan ini al-Qur'an mengajarkan
kepada manusia :
...وافعل الخير لعلكم تفلحون
(الحج )
Artinya
: Dan berbuatlah kebajikan supaya kamu mendapatkan keberuntungan (Al-Hajj : 77)
Selain ayat tersebut, terdapat pula ayat yang menganjurkan
kepada para manejer atau pemimpin untuk menentukan sikap dalam proses
perencanaan pendidikan. yaitu dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat 90:
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku
adil dan berbuat kebajikan atau kebaikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah
melarang perbuatan yang keji, mungkar dan permusuhan. Dia memberi pelajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran (An-Nahl : 90)
Ayat tersebut merupakan suatu hal yang sangat prinsipil yang
tidak boleh ditawar dalam proses perencanaan pendidikan, agar supaya tujuan
yang ingin dicapai dapat tercapai dengan sempurna. Disamping itu pula, intisari
ayat tersebut merupakan suatu “pembeda” antara manajemen secara umum dengan
manajemen dalam perspektif Islam yang sarat dengan nilai.
2. Konsep
Perencanaan Ketenagaan Prespektif Manajemen Pendidikan Islam
a.
Pengertian Perencanaan dan
Perencanaan Ketenagaan Pendidikan
Pada dasarnya perencanaan adalah proses penentuan
tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin (Roger A.
Kauffman, 1972). Perencanaan juga merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu
apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus (lebih awal)
dikerjakan dan siapa yang mengerjakannya. Karenanya perencanaan sering juga
disebut jembatan yang menghubungkan kesenjangan antara keadaan masa kini dengan
keadaan yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang. Itulah sebabnya
Koontz (1972) menyerahkan perencanaan sebagai suatu proses intelektual yang
menentukan secara sadar tindakan yang akan ditempuh dan mendasarkan
keputusan-keputusan pada tujuan yang hendak dicapai, informasi yang tepat waktu
dan dapat dipercaya, serta memperhatikan perkiraan keadaan yang akan datang.
Maka perencanaan membutuhkan pendekatan rasional ke arah tujuan yang telah
ditetapkan (dalam Nanang Fattah, 2001: 49).
Jika dirinci, maka unsur-unsur utama dari perencanaan
adalah: (1) perumusan tujuan yang ingin dicapai; (2) pemilihan program untuk
mencapai tujuan; (3) identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya selalu
terbatas (Nanang Fattah, 2001: 49). Berdasar pengertian demikian, perencanaan
berhubungan dengan dampak masa depan dari keputusan yang dibuat sekarang, atau
disebut sebagai futurity of currernt decisions. Ia mencakup
pilihan-pilihan yang berkaitan dengan tujuan organisasi secara keseluruhan. Ia
juga merangkul kekuatan-kekuatan eksternal yang tidak dapat dikendalikan.
Bahkan jika meningkat pada perencanaan stratejik, perencanaan menjadi falsafah, yaitu suatu
sikap, a way of life, suatu proses berpikir, suatu aktivitas
intelektual (Steiner dalam J. Salusu 2002: 501).
Hanya dalam pandangan demikian, sebuah perencanaan
yang baik akan dapat menjadi kendali stratejik bagi setiap pemikir, perencana
dan pelaksana rumusan pembangunan dari setiap institusi. Apa dan sejauh mana
prediksi yang menjadi kiprah program kerja merupakan refeleksi dari kemampuan
merancang tata rencana yang akan menjadi totalitas kinerja dengan sejumlah
pendekatan, sistem dan metode yang handal, agar secara efisien dan efetif
gol-gol (sasaran) dapat diraih.
Dengan demikian sebuah perencanaan yang baik hendaknya
memperhatikan sifat-sifat kondisi yang akan dihadapi, di mana keputusan dan
tindakan efektif dilaksanakan. Itulah sebabnya misalnya berdasarkan kurun
waktunya dikenal perencanaan tahunan atau rencana jangka pendek (kurang dari
lima tahun), rencana jangka menengah/sedang (5-10 tahun) dan rencana jangka
panjang (di atas 10 tahun) (Nanang Fattah, 2001: 50).
Atas dasar wawasan demikian, jika dimasukan ke dalam
perencanaan ketenagaan pendidikan, maka dapat dimaknai sebagai proses
kepegawaian yang mencoba untuk menyiapakan sumber daya manusia yang tepat untuk
mencapai tujuan organisasi di masa yang akan datang. Dalam perencanaannya
termasuk forcasting (prediksi) kebutuhan masa yang akan
datang tentang berbagai tipe pegawai, membandingkan kebutuhan dengan kekuatan
kerja sekarang, menentukan jumlah dan tipe pegawai yang direkrut atau yang
diberhentikan dan kelompok kerja pegawai (William Glueck, Personnel: 1988,
dalam Soebagio Atmodiwirio, 2001: 209). Keputusan yang diambil untuk melakukan
tindakan selama waktu tertentu (sesusai dengan jangka waktu perencanaan) agar
penyelenggaraan sistem pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien, serta
menghasilkan lulusan bermutu tinggi, dan relevan dengan kebutuhan pembangunan.
Dalam kaitan ini cara-cara menyelenggarakan pendidikan baik yang bersifat
formal, nonformal, dan informal merupakan kegiatan komplementer di dalam satu
sistem pendidikan (Nanang Fattah, 2001: 50).
b.
Fungsi Utama Perencanaan
Ketenagaan Pendidikan
Untuk mencapai berbagai sasaran yang telah ditentukan,
setiap organisasi/lembaga memerlukan strategi induk. Yang dimaksud dengan
strategi induk ialah suatu rencana umum yang komprehensif mengandung arahan
tentang tindakan-tindakan utama
apabila terlaksana dengan baik akan berakibat pada tercapainya
berbagai sasaran jangka panjang dan jangka pendek dalam lingkungan eksternal
yang bergerak dinamis (Sondang P. Siagian, 1995: 36). Di sinilah mendasarnya di
kemukakan fungsi utama sebuah perencanaan ketenagaan pendidikan:
1)
Sebagai
pengendalian yang bertujaun memantau dan mengkaji kegiatan implementasi
perencanaan pendidikan, agar terbimbing
ke arah tujuan yang telah ditetapkan.
ke arah tujuan yang telah ditetapkan.
2)
Sebagai
sarana komunikasi bagi semua pihak penyelenggara
rencana (proyek).
rencana (proyek).
3)
Sebagai dasar
pengaturan alokasi sumber daya.
4)
Sebagai alat
untuk mendorong perencana, pelaksana dan melihat
ke depan serta menyadari pentingnya unsur waktu.
ke depan serta menyadari pentingnya unsur waktu.
5)
Sebagai
pegangan dan tolok ukur fungsi pengendalian pengawasan
(Andi Makkulau, 2004: 119-121).
(Andi Makkulau, 2004: 119-121).
Perencanaan yang stratejik/sistematis demikian, mendorong
pemikiran ke depan dan lebih dapat menjelaskan arah yang dikehendaki di masa
yang akan datang, sehingga implementasi dari suatu rencana startejik akan lebih
muda. Para pemegang puncak manajemen akan dapat mengetahui bagaimana
mendapatkan informasi yang lebih efektif, bagaimana menyusun anggaran, dan
bagaimana menggantikannya dengan rencana stratejik lainnya (J. Salusu, 2002:
510-511).
Kita juga akan banyak belajar dalam menetapkan
keunggulan dan kelemahan dari suatu perencanaan. Juga mengetahui keterampilan
khusus apa yang diperlukan untuk melakukan perencanaan, agar lebih dapat
mengetahui dan mampu bagaimana mengimplementasikan sebuah rencana (J. Salusu,
2002: 511). Itulah sebabnya lembaga pendidikan mutlak memiliki perencanaan
kepemilikan SDM bermutu.
Perencanaan ketenagaan pendidikan saat ini semakin
kita mantapkan, karena salah satu bidang yang menjadi sasaran utama pembangunan
nasional adalah pendidikan yang difokus dalam tiga bentuk, yaitu: Strata
pendidikan yang makin meningkat, mutu pendidikan berbagai strata yang makin
tinggi, dan relevansi program pendidikan dengan bidang-bidang pembangunan
(Sondang P. Siagian, 1998: 210).
Sederhananya bahwa fungsi utama perencanaan
ketenagaan, ialah untuk:
-
Menengahi
penggunaan sumber daya manusia lebih efisien.
-
Pegawai
menjadi lebih berkembang dan merasa puas.
-
Pegawai lebih
mempunyai kesempatan yang
sama dalam perencanaan
pengembangan (Soebagio Atmodiwirio, 2001: 209).
c.
Metode-Metode
Perencanaan
Augus W. Smith dalam Nanang Fattah (2001) menawarkan metode-metode
perencanaan yang dapat digunakan dalam dunia pendidikan sebagai berikut:
1) Metode analisis siklus kehidupan (life-cycle
analysis) Metode ini digunakan terutama untuk: mengalokasikan
sumber-sumber dengan memperhatikan siklus kehidupan mengenai produksi, proyek,
program atau aktivitas. Penggunaannya di dunia pendidikan terutama dalam
mengalokasikan sumber-sumber (utamanya sumber daya manusia) dengan melihat
berbagai kecenderungan yang dapat dipertimbangkan untuk merumuskan rencana dan
program.
2) Metode value added analysis (analisis
nilai tambah) Metode ini digunakan untuk mengukur keberhasilan
peningkatan produksi atau pelayanan. Dengan demikian, kita mendapatkan gambaran
singkat tentang kontribusi dari aspek tertentu terhadap aspek lainnya (Nanang
Fattah, 2001: 52-53), utamanya dari aspek pemetaan SDM.
d. Jenis-jenis Perencanaan Ketenagaan Pendidikan
Menurut
besarannya (Magnitude):
1)
Perencanaan Makro
Perencanaan
makro berusaha menjawab pertanyaan seperti:
o Lembaga pendidikan apakah yang diperlukan untuk mencapai
tujan.
o Bagaimana seharusnya organisasi pendidikan diatur, sehingga
dapat menunjang tercapainyan tujuan.
o Program-program apakah yang perlu diadakan untuk menunjang
tercapainya tujuan.
o Sumber-sumber apakah yang dapat dipakai untuk menunjang seluruh
program.
o Apakah kriteria keberhasilan usaha pendidikan (Nanang Fattah,
2001: 54), yang secara mutlak dilihat dari sisi kebutuhan personil yang tepat.
Untuk melaksanakan fungsi perencanaan makro, strategi
ketenagaan pendidikan hendaknya didukung oleh:
-
Peranan utama
pemerintah dalam pengambilan keputusan dan menciptakan mekanisme kerja yang
efektif.
-
Sumber-sumber
pembiayaan harus dimobilisasikan dari sektor yang ada.
-
Prioritas
harus disusun, baik yang berkenaan dengan bentuk, tingkat dan jenis pendidikan.
-
Alokasi biaya
harus disediakan menurut prioritas yang telah ditetapkan.
-
Penilaian
yang berkesinambungan harus selalu dilaksanakan dan program direvisi
berdasarkan penilaian.
-
Pelaksana
pendidikan mendapat latihan sesuai dengan tugas yang akan dikerjakan (Nanang
Fattah, 2001: 54-55).
2)
Perencanaan Meso
Dalam perencanaan ini, perencanaan dari tingkat makro,
lebih dioperasionalkan sesuai dengan departemen atau unit-unit (intermediate
unit) (Nanang Fattah, 2001: 55), yang membutuhkan SDM.
3)
Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan pada
tingkat institusional dan merupakan penjabaran dari perencanaan tingkat meso.
Kekhususan-kekhususan lembaga mendapat perhatian, namun tidak boleh
bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam perencanaan makro ataupun
meso. Contohnya, rencana kegiatan belajar mengajar (Nanang Fattah, 2001: 55),
sehingga misalnya berapa dan dari jurusan mana saja guru yang dibutuhkan, dapat
ditentukan.
Menurut Tingkatannya:
1.
Perencanaan Strategis (Renstra)
Perencanaan strategik disebut juga perencanaan jangka
panjang. Strategi itu menurut R.G. Murdick J.E. Ross (1983) diartikan sebagai
konfigurasi tentang hasil yang diharapkan tercapai pada masa depan. Bentuk
konfigurasi terungkap berdasarkan (1) ruang lingkup (di dunia pendidikan
meliputi hasil-hasil, pemakai, pasaran, kualitas, dan karakteristik hasil-hasil
pendidikan yang ditentukan), (2) hasil peresaingan (mutu produktivitas,
pengelolaan yang spesifik, dan kapasitas merespons perubahan), (3) target
(spesifikasi target-target kuantitatif, probabilitas dan investasi beserta
perkiraan resiko atau faktor penunjang pendidikan), (4) penataan sumber-sumber
pendidikan (alokasi pengembangan sumber daya kependidikan, faktor geografik dan
kecenderungan perubahan yang berkenaan dengan sistem nilai).
2.
Perencanaan
koordinatif (managerial)
Perencanaan
ini ditujukan untuk mengarahkan jalannya pelaksanaan, sehingga tujuan dapat
dicapai secara efektif dan efisien. Perencanaan ini seharusnya sudah terperinci
dan menggunakan data statistik. Namun sering juga menggunakan pertimbangan akal
sehat, mencakup seluruh aspek operasi suatu sistem di atas ketaatan pada
kebijakan-kebijakan pada tingkat perencanaan strategik.
3. Perencanaan operasional
Pada
tingakatan ini, perencanaan memusatkan perhatian terhadap yang akan dikerjakan
di lapangan dari suatu rencana strategis. Bersifat spesifik dan berfungsi untuk
memberikan petunjuk konkret tentang bagaimana suatu program atau proyek khusus
dilaksanakan menurut aturan, prosedur, dan ketentuan lain yang ditetapkan
(Nanang Fattah, 2001: 55-59).
e.
Langkah-Langkah Perekrutan dan
Pengembangan Ketenagaan
1)
Perkiraan
kebutuhan tenaga.
2)
Penarikan (recruitment).
3)
Seleksi (selection).
4)
Penempatan,
orientasi, dan induksi karyawan (mengubah perilaku karyawan baru agar dapat
menyesuaikan diri) (Malayu S.P. Hasibuan, 2002: 38,64).
Menurut versi Soekidjo Notoatmodjo:
1)
Iventarisasi
persediaan sumber daya manusia (menelaah SDM yang ada dari sisi jumlah,
kemampuan, keterampilan, dan potensi pengembangannya).
2)
Perkiraan kebutuhan
dan penawaran SDM ke depan.
3)
Penyusunan
rencana SDM dari sisi kebutuhan dan penawaran, melalui rekruitmen, seleksi,
pelatihan, penempatan, pemindahan, promosi, dan pengembangan.
4)
Monitoring
dan evaluasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 24).
Yang juga penting direlefansikan adalah keseimbangan perencanaan SDM
antara laki-laki dan perempuan, guna menjawab akumulasi konsepsi gender yang
menuntut keseimbangan peran kedua bela pihak dari urusan kerumahtanggaan hingga
ke peran eksternal yang lebih luas. John Naisbitt menyebutnya dalam wacana "Dari
Dominasi Kaum Pria Munculnya Kaum Wanita" (John
Naisbitt, 1997: 236). Belakangan parpol-parpol di Indonesia dikritik, karena
rata-rata tidak memenuhi kuwota 30 % mencalonkan perempuan di legislatif. Di
Indonesia kaum perempuan masih tertindas. Dengan manajemen SDM yang
berkeseimbangan di dunia pendidikan, sebagian dari upaya menjawab kesenjangan
ini.
Dari perencanaan ketenagaan itu, penganggaran telah menjadi perhatian
serius, kunci pendukung bagi negara-negara yang terbukti maju karena
mengutamakan pendidikan sebagai asset utama pemberdayaan bangsanya, sehingga
misalnya setidaknya menempatkan anggaran pendidikan di urutan kedua stelah
tunjangan sosial sebagaimana yang dilakukan di negara Kuba. Sekedar gambaran,
di Kuba pendapatan negara sbesar US$ 16,5 miliar, hampir 12 % diperuntukan
tunjangan sosial. Alhasil, sekolah gratis dari SD., hingga Universitas (Fidel
Castro Ruz, 2002: 195). Makin besar anggaran tentunya semakin membuka peluang
mengembangkan unit/bagian-bagian kerja yang terkait langsung dengan pemenuhan
ketenagaan.
Seluruh
konsep perencanaan ketenagaan di atas di kedepankan, karena dalam Islam tidak
terdapat system atau konsep menajemen pendidikan yang baku, melainkan hanya
terdapat nilai-nilai moral dan etik yang seharusnya mewarnai sistem atau
manajemen pendidikan. Berbagai komponen yang terdapat dalam suatu sistem
pendidikan, seperti dasar pendidikan, tujuan, kurikulum, metode, pola, hubungan
guru murid dan lain sebagainya harus didasarkan pada nilai-nilai moral dan
etika ajaran Islam. Hal inilah yang selanjutnya menjadi ciri khas yang
membedakan antara pendidikan yang islami dengan pendidikan yang tidak islami
(Abuddin Nata, 2003: 182), dalam merencanakan pengembangan dan memposisikan
sumber daya manusia.
H. Analisis Terhadap
(Surat Al-Hasyr Ayat 18) Kaitannya dengan Konsep Perencanaan Ketenagaan dalam
Prespektif Manajemen Pendidikan Islam
Dari penjelasan dan penafsiran tersebut dan implikasinya
terhadap manajemen pendidikan islam (MPI) akan memberikan pemahaman bahwa
proses perencanaan yang baik berlandaskan pendekatan agama pada Surat Al-Hasyr
Ayat 18 dapat menciptakan proses menajememen yang baik (ideal). Perencanaan
(actuiting) dalam menajemen adalah landasan utama untuk mencapai sebuah tujuan
yang baik, tujuan dapat tercapai apabila dilandasi dengan sebuah perencanaan
yang baik pula, sehingga apa yang menjadi tujuan dari sebuah perencanaan
tersebut dapat tercapai dengan baik pula. Proses dari manajemen yang baik
adalah diawali dengan sebuah perencanaan yang baik pula, sehingga apapun tujuan
itu dapat tercapai pula.
Perencanaan merupakan proses untuk menentukan kemana harus
melangkah dan mengidentifikasi berbagai persyaratan yang dibutuhkan dengan cara
efektif dan efesien, sehingga perencanaan sesuai yang diinginkan dalam Surat
Al-Hasyr, ayat :18, mengandung enam pokok pikiran yaitu, pertama perencaaan
melibatkan proses penentapan keadaan masa depan yang diinginkan. Kedua, keadaan
masa depan yang diinginkan dibandingkan dengan kenyataan sekarang, sehingga
dapat dilihat kesenjangannya. Ketiga, untuk menutup kesenjangan perlu dilakukan
usaha-usaha. Keempat, uasaha untuk menutup kesenjangan tersebut dapat dilakukan
derngan berbagai ikhtiar dan alternative. Kelima, perlu pemilihan alternative
yang baik, dalam hal ini mencakup efektifitas dan efesiensi. Keenam,
alternative yang sudah dipilih hendaknya diperinci sehingga dapat menajdi
petunjuk dan pedoman dalam pengambilan keputusan maupun kebijaksanaan.
Kalau kita kaitkan dengan perencanaa ketenagaan dalam prespektif
manajemen pendidikan Islam, Perencanaan ketenagaan yang
sistematis menurut konsep/nilai etik keislaman merupakan langkah mendasar dalam
meletakkan dan menjawab seluruh komitmen pembangunan dan pengembangan menuju
tercapainya visi - misi ideal individu, kelompok, dan lembaga pendidkan yang
memperkuat basis keimanan, ketakwaan, dan keilmuan (IMTAK dan IPTEK).
Perencanaan ketenagaan pendidikan
yang ideal islami, ialah perencanaan yang dilakukan berdasarkan kematangan
pemahaman atas berbagai konteks, baik sebagai latar maupun sebagai realitas
kekinian serta berbagai kecenderungan atau kemungkinan kondisi masa datang yang
diperhitungkan melalui ragam perspektif. Dalam konteks ini, perencanaan
ketenagaan pendidikan merupakan prediksi mutaakhir untuk menata kinerja yang
lebih dapat merealisasikan program-program pengembangan sumber daya manusia,
guna menjawab tuntutan pencerdasan bangsa menjadi lebih amanah dan bertanggung
jawab.
Perencanaan ketenagaan pendidikan
menjadi berdasar manajemen pendidikan Islam, juga ditujukan agar terbukti
program-program kerja mampu dikerjakan, sehingga masalah-masalah yang dihadapi
utamanya oleh lembaga pendidikan dapat terjawab, agar kinerja pendidikan dapat
menjadi solusi terbaik memposisikan masyarakat, bangsa dan negara yang kuat.
Untuk mencapai fungsi-fungsi
perencanaan ketenagaan pendidikan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etik
islami, hendaknya memenuhi logika perencanaan yang dinamis, agar terekrut SDM
yang akomodatif, progresif, rekonstruktif, inofatif, transformatif, serta
memenuhi tuntutan relevansi, yang setidaknya berada dalam paradigma: model,
metode, jenis, berbagai teknik perencanaan, dan sistem penganggaran seperti
telah diuraikan. Dalam konteks ini, negara harus lebih adil dan bertanggung
jawab atas keselamatan generasi melalui pendidikan akhlak.
Agar mencapai tujuan perencanaan
ketenagaan yang berdaya dan berhasilguna, pada akhirnya ditentukan oleh sistim
pendanaan, seleksi, penempatan, pembinaan, pengembangan yang benar-benar
terhindar dari unsur-unsur atau cara-cara destruktif yang merugikan dan
mengorbankan profesionalitas ketenagaan. Oleh karena itu, harus senantiasa ada
upaya meningkatkan kualitas dalam memperoleh sumber daya ketenagaan yang
selaras dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya.
I.
Penutup
Dari Qs.Al-Hasyr:18
tersebut dapat dipahami bahwa perlunya perlunya perencanaan untuk masa depan,
apakah untuk diri sendiri, pemimpin keluarga, lembaga, masyarakat maupun
sebagai pemimpin Negara.
Dari kutipan tersebut dapat dicermati bahwa perencanaan
adalah proses yang berkelanjutan, bertahap dan tertata rapi. Artinya
perencanaan tidak bersifat mutlak, kaku tetapi ada peluang untuk perbaikan dan
sisipan kebijakan baru. Dengan demikian perencanaan adalah proses yang
berkelanjutan dalam rangka menyempurnakan aktifitas untuk mewujudkan tujuan
bersama.
Kalau
ditarik ke dunia pendidikan Islam, bahwa perencanaan merupakan konsistensi yang
mutlak dikerjakan secara profesional. Jika tidak, institusi pendidikan Islam
hanya akan menjadi semu dan tidak mungkin meraih apa yang menjadi tuntutan
eksistensinya. Melalui perencanaan ketenagaan yang strategislah menjadi satu
upaya utama mewujudkan eksistensi pendidikan Islam.
Perencanaan ketenagaan pendidikan
yang ideal islami, ialah perencanaan yang dilakukan berdasarkan kematangan
pemahaman atas berbagai konteks, baik sebagai latar maupun sebagai realitas
kekinian serta berbagai kecenderungan atau kemungkinan kondisi masa datang yang
diperhitungkan melalui ragam perspektif.
J.
Daftar Pustaka
Andi
Makkulau. 2004. Analisis Kebijakan Publik dan Perencanaan Pendidikan (Bahan Kuliah Pascasarjana).
Makassar: UNM.
Atmodiwirio, Soebagio. 2001. Manajemen Pendidikan
Indonesia. Cet.
II. Jakarta: PT Ardadizya.
Al-Mawardi,
Imam, Tafsir Fi Zhilalil.
AW.
Widjaya, 1987. Perencanaan sebagai Fungsi
Manajemmen, Jakarta: PT Bina Aksara
Az-Zarqani,
Manahilul Irfan,
Choiruddin
Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, Gema Insani, Jakarta, 2005.
Depag
RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 1979.
Djumransjah
Indar, Perencanaan Pendidikan (Strategi dan Implementasinya), (Karya
Abditama, Surabaya: 1995), Hal. 12.
Fattah, Nanang. 2001. Landasan Manajemen Pendidikan. Cet. V. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fidel Castro Ruz. 2002. Referensi: Pembiayaan Pembangunan. Pada Wacana (Jurnal Ilmu
Sosial Transformatif), Edisi 12, tahun III, 2002. Yogyakarta: Insist (Institute
for Social Transformation).
Hasibuan, Malayu S.P. 2002. Manajemen Sumber DayaManusia. Cet. V. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Hamka,
1989. Tafsir Al-Azhar, Juz 28, Surabaya:
Yayasan Latimojong
Hasan
Binjai,Syekh H. Abdul Halim. 2006 Tafsir
Al-Ahkam, Jakarta, Kencana
Ibnu
Katsir, 19967. Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafii.
M.
Bukhari, DKK, 2005. Azas-Azas Manajemen, Yokyakarta: Aditya
Media, Yogyakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia, Cet. III. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Naisbitt, John. 1995. Megatrends Asia (The Eight
Asian Megatrends that are Changing the World), Alih Bahasa: Danan Priyatmoko
dan Wandi S. Brata, dengan judul "Megatrends Asia (Delapan Megatrend Asia
yang Mengubah Dunia" 1997. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan (Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam di Indonesia). Edisi I. Rawamangun: Prenada Media.
Piet
A. Sahertian, 1994. Dimensi Administrasi
Pendidikan Surabaya:Usaha Nasional,
Surabyata
Quraish
Shihab, 2002. Tafsir Al-Misbah,
Jakarta, Lentera Hati
Siagian,
Sondang P. 1995. Manajemen Stratejik. Cet. I. Jakarta: Bumi Aksara.
______ .1998.
Manajemen
Abad 21. Cet.
I. Jakarta: Bumi Aksara.
Salusu, J. .2002. Pengambilan Keputusan
Stratejik (Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit). Cet. IV. Jakarta: PT Gramedia.
Sayyid Quth, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jakarta, Gema
Insani, 2001.
ST Vembriarto, Pengantar Perencanaan Pendidikan
(Educational Planning), Andi Offset, Yogyakarta: 1988), Hal : 39.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar